Rasio Utang RI Aman 70,36 Persen Dalam Mata Uang Rupiah


Resesi global sudah di depan mata. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan menyebutkan, ada 63 negara yang sudah mengantre pinjaman utang dari lembaga internasional.

Ani, sapaannya, menjelaskan bahwa negara-negara itu tengah terlilit persoalan utang akibat tekanan ekonomi. “Di dalam statistik, ada 63 negara di dunia yang kondisi utangnya mendekati atau sudah tidak sustainable,” ujarnya dalam CEO Banking Forum di Jakarta Senin (9/1).

Kondisi itu tentu patut diwaspadai. Sebab, saat ini ekonomi global mengalami ketidakpastian yang tinggi. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pun sudah memperkirakan sepertiga negara di dunia mengalami resesi tahun ini.

 “Jadi, dunia pada 2023 harus menjinakkan inflasi dan dipaksa menaikkan suku bunga saat utangnya tinggi. Pasti akan memberikan dampak tidak hanya resesi, tapi di berbagai negara yang utangnya sangat tinggi kemungkinan mengalami krisis utang,” jelas Menkeu.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Ani menyebutkan, posisi utang pemerintah per 30 November 2022 telah mencapai Rp 7.554,25 triliun atau tumbuh Rp 57,55 triliun jika dibandingkan posisi Oktober 2022 yang sebesar Rp 7.496,7 triliun.

Dengan posisi tersebut, rasio utang Indonesia hingga November 2022 mencapai 38,65 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). “Rasio utang terhadap PDB dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal,” jelasnya.

Besaran utang tersebut terdiri atas surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 6.697,83 triliun dan pinjaman sebesar Rp 856,42 triliun. Berdasar jenisnya, utang pemerintah didominasi instrumen SBN yang mencapai 88,66 persen dari seluruh komposisi utang akhir November 2022.

Sementara itu, berdasar mata uang, utang pemerintah didominasi mata uang domestik (rupiah), yakni 70,36 persen.

Menurut Menkeu, langkah itu menjadi salah satu tameng pemerintah dalam menghadapi volatilitas yang tinggi pada mata uang asing dan dampaknya terhadap pembayaran kewajiban utang luar negeri.

 “Dengan strategi utang yang memprioritaskan penerbitan dalam mata uang rupiah, porsi utang dengan mata uang asing ke depan diperkirakan terus menurun dan risiko nilai tukar dapat makin terjaga,” ujarnya.

Sementara itu, kepemilikan SBN saat ini didominasi perbankan dan diikuti Bank Indonesia (BI). Sedangkan kepemilikan investor asing terus menurun sejak 2019 yang mencapai 38,57 persen, hingga akhir 2021 tercatat 19,05 persen, dan per 15 Desember 2022 mencapai 14,64 persen.

Pejuang NKRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama