Program Pencegahan Stunting Ganjar Pranowo Bisa Jadi Role Model Daerah Lain

 

Program Jo Kawin Bocah yang digagas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk mencegah stunting mendapat apresiasi. Program itu dinilai ampuh mengatasi persoalan stunting sejak dini.

Hal itu disampaikan pakar kesehatan sekaligus Kepala Riset Kesehatan Universitas Gunadharma, Lestari Octavia, Senin (20/2) kemarin. Lestari mengatakan Program Jo Kawin Bocah merupakan langkah preventif untuk mencegah terjadinya stunting akibat pernikahan dini.

"Program Jo Kawin Bocah itu bentuk intervensi Ganjar pada kelompok remaja, agar tidak menikah dini. Sebab, pernikahan dini menjadi salah satu penyebab stunting di Indonesia," kata Lestari dalam keterangan tertulis, Rabu, (14/06/2023).


Lestari menuturkan perempuan yang masih berusia remaja atau usia dini belum siap untuk menikah baik secara fisik dan psikologis. Sebab, mereka kemungkinan belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan serta pola asuh anak yang baik dan benar.

Para remaja juga masih membutuhkan gizi maksimal hingga usia 21 tahun. Akibatnya, ibu yang masih berusia remaja akan berebut gizi dengan bayi di kandungannya.

Jika nutrisi si ibu tidak mencukupi selama kehamilan, bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), sehingga resiko komplikasi saat hamil atau melahirkan sangat tinggi. Bayi yang dilahirkan kemungkinan besar juga akan mengalami stunting.

"Sebab, cadangan zat gizi sebelum kehamilan sangat penting untuk mencegah stunting. Sayangnya, edukasi pada remaja putri masih sangat rendah terkait hal ini," ucapnya.


Hal itu terbukti dari masih tingginya angka pernikahan anak di Indonesia. Di beberapa daerah, dispensasi nikah dini juga dikatakan masih banyak terjadi.

"Meskipun permohonan dispensasi nikah dini di Jateng rendah, namun ini harus tetap diwaspadai. Jateng harus terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya hal ini," jelasnya.

Karena itu, menurut Lestari Program Jo Kawin Bocah harus terus dilanjutkan. Bahkan, program itu dinilai bisa menjadi role model daerah lain sebagai program investasi jangka panjang.

"Kalau mereka (remaja putri) sehat, maka nanti 10-15 tahun saat menjadi ibu, mereka akan melahirkan anak-anak yang sehat juga," katanya.


Sebagai informasi, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terus menggenjot penurunan angka stunting. Selain Program Jo Kawin Bocah, Ganjar juga mempunyai Program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng)

Berdasarkan perhitungan elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jateng berada di angka 24,4 persen, setahun kemudian pada 2019 turun menjadi 18,3 persen.

Persentase tersebut terus menurun seiring berjalannya waktu, pada 2020 kasus stunting turun menjadi 14,5 persen, kemudian pada 2021 turun menjadi 12,8 persen, dan terakhir pada 2022 berhenti di angka 11,9 persen.

Pejuang NKRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama