Ganjar Pranowo Bantu Siswa Kurang Mampu Dengan Hadirkan Program SMKN Jateng

 

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis keasramaan atau boarding school bernama SMK Negeri Jateng menjadi salah satu program yang diinisiasi Ganjar Pranowo sejak memimpin Jawa Tengah. Program ini menjadi upaya Ganjar dalam menyediakan sekolah gratis bagi siswa berprestasi dari kalangan keluarga tidak mampu.

SMKN Jateng yang didirikan Ganjar tahun 2014 tak hanya menekan angka putus sekolah. Namun juga mengentaskan ribuan keluarga miskin. Indikator tersebut terlihat dari ribuan lulusannya yang terserap di perusahaan bonafit di Tanah Air hingga menjadi abdi negara.

"Kami serius mengikis kemiskinan. Visinya sekolah ini adalah pelopor, penggerak pemberantasan kemiskinan. Lulusannya setelah lima tahun harus bisa mengentaskan kemiskinan dirinya dan lingkungannya. Juga menggerakkan masyarakat tersebut untuk pengentasan kemiskinan daerahnya," jelas Ganjar dalam keterangan tertulis, Minggu, (09/07/2023).


Ganjar mengungkapkan ide SMK ini muncul ketika banyak ditemukan keluarga miskin yang berpendidikan rendah. Sejak saat itu, Ganjar mulai merintis sekolah gratis bagi keluarga tidak mampu agar mereka dapat mengakses pendidikan.

Gebrakan ini dianggap sebagai 'program gila' karena nyaris semua provinsi tak memilikinya, mengingat sekolah berasrama gratis menyedot APBD cukup tinggi. Belakangan, konsep pembelajaran di tiga SMKN Jateng yang menelan anggaran di atas Rp 30 miliar per tahun ini menjadi role model. Sejumlah provinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta, Bengkulu, Lampung, dan Sulawesi Selatan mengirimkan kepala sekolah dan staf pengajar untuk studi banding ke sekolah tersebut.

SMKN Jateng ini meliputi tiga wilayah di Jateng, yaitu Kampus 1 di Kota Semarang, Kampus 2 di Pati, dan Kampus 3 di Purbalingga. Pada 2022 lalu, 233 lulusan dari tiga sekolah tersebut diwisuda Ganjar dengan tingkat serapan di lapangan kerja mencapai 70 persen. Bahkan lima orang di antaranya meraih nilai 100 pada mapel matematika di Ujian Nasional.

Tak berhenti dengan 3 sekolah, Ganjar menambah 15 SMK semi boarding di 15 kabupaten untuk menampung siswa unggul dari keluarga miskin. 15 sekolah ini dinamakan SMK Semi Boarding karena 30 siswa yang lolos seleksi masih belajar dengan siswa reguler meskipun mereka tinggal di asrama.

Ke-15 sekolah tersebut antara lain SMKN 1 Demak, SMKN 2 Rembang, SMKN 1 Wirosari Grobogan, SMKN 1 Jepon Blora, SMKN 1 Tulung Klaten, SMKN 1 Kedawung Sragen, SMKN 2 Wonogiri, SMKN 1 Purworejo, SMKN 2 Wonosobo, SMKN 1 Punggelan Banjarnegara, SMKN 1 Alian Kebumen, SMKN 2 Cilacap, SMKN 1 Kalibagor Banyumas, SMKN 1 Tonjong Brebes, dan SMKN 1 Randudongkal Pemalang.

Selain SMKN, Ganjar juga merevitalisasi tujuh SMK di Jateng untuk mewujudkan teaching industry. Jika SMKN Jateng masih menggunakan dana APBD, maka pengembangan di sekolah tersebut dapat melalui kerja sama dengan pihak swasta.


Apresiasi Peserta Didik SMKN Jateng

SMKN Jateng Kampus 1 di Semarang sejak beroperasi telah menunjukkan eksistensi sebagai sekolah unggulan. Meskipun siswanya berasal dari keluarga prasejahtera, prestasi akademik dan nonakademiknya diketahui luar biasa saat diberikan kesempatan dan dibiayai negara.

Salah satu siswi kelas XII SMKN Jateng Kampus 1, Dini Nur Laela mengaku bersyukur bisa mengenyam pendidikan di sini. Selain nyaman belajar, pelajar Jurusan Bisnis Konstruksi dan Properti ini langsung diterima bekerja di PT SUA Jakarta Selatan, perusahaan bidang jasa kontruksi mekanikal dan elektrikal.

Sebelumnya, perempuan yang pernah menjadi Juara Rancang Bangun Jembatan dari Kayu Balsa Antar-SMK se-Jateng tahun 2023 yang digelar sebuah perguruan tinggi di Semarang ini sempat menjalani PKL di perusahaan tersebut. Lalu kemudian mengikuti tahapan seleksi bekerja.

Pelajar asal Pemalang yang sejak kelas 2 SD menjadi yatim piatu itu mengaku berterima kasih kepada Pemprov Jateng atas kehadiran SMK ini. Di matanya, sekolah ini menjadi lentera dan memberikan harapan baru bagi siswa keluarga miskin untuk melanjutkan pendidikan usai lulus SMP.

''Ditinggal orang tua membuat saya terus berjuang mewujudkan mimpi. Saya terbantu dengan adanya sekolah ini. Di SMKN Jateng bukan hanya gratis, kegiatan belajar mengajar pun keren, dan begitu lulus langsung kerja,'' kata Dini.

Salah satu peserta didik lain dari Jepara, Bayu Lesmana Putra pun mengaku bersyukur bersekolah di SMKN Jateng. Ia mengungkapkan ayahnya Oni Sahroni hanya seorang buruh dan ibunya Sulatmi berjualan angkringan, sehingga dirinya mengejar sekolah tanpa biaya. Ia sempat membayangkan keluarganya harus merogoh kocek jutaan rupiah untuk biaya seragam dan alat tulis jika belajar di SMK umum.

"Tapi di sini, kami bersyukur semua ditanggung, mulai seragam, sepatu, alat tulis, ada kegiatan pesiar. Apalagi pendidikan karakternya sangat kuat," ungkap siswa Jurusan Instalasi Tenaga Listrik ini.


Fasilitas Sekolah Gratis

SMKN Jateng yang digagas Ganjar Pranowo ini menawarkan fasilitas asrama gratis, baik untuk biaya pendidikan, makan, maupun seragam.

Kepala SMKN Jateng Kampus 1 Samiran mengatakan setiap tahunnya ada 120 siswa yang ditampung. Adapun satu rombongan belajar diisi 24 siswa dengan lima disiplin ilmu, yaitu teknik bangunan, elektronika, listrik, mesin, dan otomotif.

Menurut Samira, visi dan misi sekolah ini senapas program Pemprov Jateng untuk turut serta mengentaskan kemiskinan. Pihaknya juga berupaya memperkuat karakter melalui pola-pola pengajaran lewat amalan nilai-nilai Pancasila, di antaranya bangun pagi sekitar pukul 03.00 WIB untuk menjalankan ibadah, budaya sehat dengan lari pagi, senam, spirit gotong royong dan kerukunan melalui makan bersama, serta membersihkan lingkungan.

Ketua Umum Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK se-Indonesia itu menjelaskan kurikulum SMKN Jateng mengacu pada konsep link and match. Sehingga memudahkan peserta didik agar terserap di pasar industri.

Meskipun masih Semester V, banyak siswanya sudah direkrut perusahaan bonafide Tanah Air. Salah satunya perusahan tambang PT Buma di Kalimantan.

"Beberapa kegiatan pembeda di SMK kami adalah adanya proses Pendidikan Dasar Kepemimpinan selama tiga bulan, dan pengawasan pamong selama 24 jam sebagai pengganti orang tua. Mereka juga menggunakan Bahasa Inggris di Hari Senin-Selasa, Bahasa Jawa di Rabu-Kamis dan Bahasa Indonesia di Jumat-Sabtu,'' pungkas Samiran.

Pejuang NKRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama